Wong Solo
Rabu, 23 April 2014
Kamis, 03 April 2014
Promo Ayam Rp. 11.000!
Promo Terbaru dari Wong Solo Grup Denpasar! Menghadirkan Ayam KQ-5 dengan harga murah, hanya Rp. 11.000. Soal Rasa, tidak jauh berbeda dengan menu ayam yang lainnya, tetap enak dan yang pastinya Halalan Thayyiban.
Segera datang sekarang juga!
Segera datang sekarang juga!
Ayam Bakar Wong Solo : Kami Sangat Selektif Memilih Investor
Puspo Wardoyo |
Olehnya itu, tidak semua penelepon, atau yang mengirimkan email, akan diresponnya secara langsung. Menurut Sugiri, jika orang tersebut betul-betul serius maka pasti akan mencari tahu alamat dan datang langsung.
Menurut pandangan Sugiri, pertumbuhan gerai yang melambat namum secara berkesinambungan akan jauh lebih baik ketimbang pertumbuhan gerai yang signifikan namun daya tahannya tidak lama.
Julhan Sifadi
Sumber : Majalah Franchise
Franchise Potentiality of Indonesia di Hong Kong World SME Expo
Pada
tanggal 6 – 8 Desember 2012 yang lalu digelar acara tahunan World SME
Expo di Hongkong Convention Center. Asosiasi Franchise Indonesia (AFI)
diundang sebagai narasumber dalam seminar yang berjudul Drawing Business Opportunity from Overseas Franchise. Dalam acara tersebut, AFI diwakili oleh Bije Widjajanto, konsultan franchise dari Ben WarG Consulting, yang membawakan presentasi berjudul Franchise Potentiality of Indonesia. Selain Bije Widjajanto, juga tampil narasumber dari beberapa negara ASEAN seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.
Dalam presentasinya, Bije menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar bagi berkembangnya industri franchise secara domestik. Populasi kelas menengah yang saat ini sekitar 50 juta jiwa dari 240 juta penduduk ini masih akan tumbuh terus menjadi 95 juta dari 280 juta penduduk pada tahun 2025. Tingkat konsumsi yang besar tersebut merupakan potensi yang sangat tinggi dalam bisnis franchise.
Dalam presentasinya, Bije menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang sangat besar bagi berkembangnya industri franchise secara domestik. Populasi kelas menengah yang saat ini sekitar 50 juta jiwa dari 240 juta penduduk ini masih akan tumbuh terus menjadi 95 juta dari 280 juta penduduk pada tahun 2025. Tingkat konsumsi yang besar tersebut merupakan potensi yang sangat tinggi dalam bisnis franchise.
Wongsolo Group Dorong Manager Jadi Franchisee
Di mata Puspo Wardoyo, pemilik Wongsolo Group, manager atau kepala cabang bisnis adalah orang-orang yang memiliki jasa besar bagi kesuksesan bisnis para franchisee. Untuk itu, mereka layak diberikan apresiasi lebih. Salah satunya didorong untuk menjadi para entrepreneur dengan menjadi franchisee di beberapa bisnis Wongsolo Group.
Atas pertimbangan itulah, pada 28 Mei 2011 lalu, sebanyak 90 manager yang bekerja di Wongsolo Group dari berbagai daerah Indonesia dikumpulkan di Wisma Aldiron, Jakarta Selatan. Dalam gathering tersebut sekitar 30 manager berprestasi dipisahkan. Mereka disuruh bercerita tentang kesuksesannya membuat gerai bisnisnya untung, agar para manager yang lain bisa belajar.
“Ada sekitar 90 manager dari berbagai daerah yang saya kumpulkan. Sekitar 30 manager adalah yang berprestasi dan sukses, sekitar 20 yang masih perlu dioptimalkan, sedangkan yang 40 sedang proses menuju sukses, atau baru sebatas memberi keuntungan,” ujar Puspo Wardoyo.
Wong Solo Group Sambut Baik Tawaran Pembiayaan Usaha LPDB
Laboga Foodcourt, Bandung |
Wong Solo Group kini tengah bersinar kembali. Di berbagai daerah Ayam Bakar Wong Song Solo yang menjadi merek andalan grup ini kiprahnya mulai menanjak. Bahkan, di Malaysia, ayam bakar Wong Solo sudah eksis dengan 5 gerai. Tidak hanya itu saja, Wong Solo Group saat ini telah memiliki merek usaha kuliner yang banyak diminati. Sebut saja Iga Bakar Mas Giri, di daerah Malang dan Bandung merek ini sedang booming dan menciptakan antrian panjang pengunjung.
Kembalinya Jagoan dari Solo
Lama tidak terdengar bukan berarti
tidak eksis lagi. Apalagi sampai kehilangan pamor bisnisnya. Tapi,
Diam-diam Ayam Bakar Wong Solo sudah menyebarang ke negeri Jiran dan
tengah digemari penduduk sana. Selain itu, merek ini juga sudah menjadi
grup yang sukses melambungkan usaha-usaha tradisional seperti Mie Jogja
dan Iga Bakar. Seperti apa?
Sekitar 6 tahun silam, siapa yang tidak
kenal Puspo Wardoyo, namanya sudah melekat dengan Ayam Bakar Wong Solo.
Maklum saja, saat itu gerai Ayam Bakar Wong Solo sudah menggurita ke
setiap sudut wilayah Jakarta. Kala itu, merek ini tengah di puncak
kejayaannya di Indonesia, terutama Jakarta. Orang pun tidak mengalami
kesulitan menemukan gerai Wong Solo di Jakarta. Namun kini, gerainya
tenggelam di tengah hingar bingar kota Jakarta. Gerainya nyaris hampir
tidak ada sama sekali. Yang tersisa, hanya sebuah gerai di wilayah
Casablanca, Jakarta Selatan.
Tidak dipungkiri, salah satu penyebab
lakon pudarnya pesona Wong Solo adalah gagasan poligami yang menjadi
main stream bisnis sang ownernya yang memang gemar mempublikasikan
wacana poligami. Maklum saja, masyarakat Indonesia, terutama kaum
perempuan masih tabu dengan wacana itu, jangankan menerima dan
mempraktekannya, mendengar istilahnya saja sudah alergi. Maka tak urung,
merek Wong Solo pun menjadi terboikot. Padahal, merek ini bisa
dikatakan sudah sukses mengembangkan gerainya dengan pola waralaba,
merek yang berdiri pada 1991 ini bisa dibilang salah satu pionir
waralaba lokal.
Sejarah Wong Solo
Sejak Tahun 1991
Kerja ulet Puspo Wardoyo yang mantan guru SMA Negeri di Blabak,
Muntilan, Jawa Tengah ini hasilnya benar-benar gemilang. Dari warung
kaki lima di Jl. SMA II Padang Golf Polonia Medan, yang berdiri sejak 18
April 1991 kini berkembang menjadi salah satu rumah makan besar yang
merekrut ribuan tenaga kerja dan outlet-outletnya menjadi salah satu
restoran favorit di kota di mana Wong Solo berada.
Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi
sebesar sekarang ini dimulai dari titik paling bawah. Ia pernah
menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa
berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil
membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang sampai malam, ia
membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam
bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di dekat
kampus UNS Solo.
Modal Rp 700.000
Dengan modal Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal
membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan. Pada awal
perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika
usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang.
Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran
sekitar 3×4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia
hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi
beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Langganan:
Postingan
(
Atom
)