Sejak Tahun 1991
Kerja ulet Puspo Wardoyo yang mantan guru SMA Negeri di Blabak,
Muntilan, Jawa Tengah ini hasilnya benar-benar gemilang. Dari warung
kaki lima di Jl. SMA II Padang Golf Polonia Medan, yang berdiri sejak 18
April 1991 kini berkembang menjadi salah satu rumah makan besar yang
merekrut ribuan tenaga kerja dan outlet-outletnya menjadi salah satu
restoran favorit di kota di mana Wong Solo berada.
Puspo Wardoyo, merintis waralaba Ayam Bakar Wong Solo hingga menjadi
sebesar sekarang ini dimulai dari titik paling bawah. Ia pernah
menjajakan ayam bakar di kaki lima. Sejak kecil Puspo sudah terbiasa
berurusan dengan ayam. Orangtuanya penjaja ayam. Pagi hari, Puspo kecil
membantu menyembelih ayam untuk dijual di pasar. Siang sampai malam, ia
membantu orangtuanya menjajakan menu siap saji seperti ayam goreng, ayam
bakar, dan menu ayam lainnya di warung milik orangtuanya di dekat
kampus UNS Solo.
Modal Rp 700.000
Dengan modal Rp 700.000 yang kemudian ia manfaatkan sebagai modal
membangun warung kaki Lima di bilangan Polonia Medan. Pada awal
perantauannya ke Medan, Puspo wardoyo, sama sekali tak menyangka jika
usaha warung ayam bakar “Wong Solo” akan berkembang seperi sekarang.
Maklum, rumah makan yang dibukanya hanyalah sebuah warung berukuran
sekitar 3×4 meter di dekat bandara Polonia, Medan. Setahun pertama dia
hanya mampu menjual 3 ekor ayam per hari yang dibagibagi menjadi
beberapa potong. Harga jual per potongnya Rp 4.500 plus sepiring nasi.
Berawal dari Membantu Karyawan
pada suatu peristiwa dialamai oleh keluarga karyawati yang terjerat
hutang sebesar Rp 800.000, yang kalau tidak bisa melunasi hari itu,
rumahnya akan di sita. Dengan penuh keihkalasan, Puspo mengambil
tabungannya di bank yang waktu itu berjumlah Rp 1.500.00. Lalu diberikan
pada karyawan itu untuk membayar hutang.
dinyana, ternyata karyawan itu punya tetangga wartawan sebuah koran
di Medan dan lalu mengajaknya untuk menemui Pupso Wardoyo. Dari
perbincangan dengan wartawan itulah, keesokan paginya ada ekspose di
koran tersebut yang berjudul “Sarjana buka Ayam Bakar Wong Solo”.
Fantastik, jika semula sehari habis lima ekor ayam, sejak itu setiap
hari harus menyiapkan 300 ekor ayam.
tahun kedua, naik menjadi 10 ekor ayam per hari Namun sekarang, 19
tahun kemudian, Ayam Bakar Wong solo memiliki lebih dari 115 cabang
tersebar di medan, Banda Aceh, Padang, Solo, Denpasar, Pekanbaru,
Surabaya, Semarang, Jakarta, Malang hingga Papua. Meskipun masih
mengandalkan ayam bakar, namun menunya kini makin beragam hingga 100
jenis. Meskipun menunya sama, tapi cita rasanya beda. Itulah ciri khas
rumah makan Ayam Bakar Wong Solo. Konsumen Wong Solo datang dari segala
segmen. Mulai kalangan bawah sampai para petinggi negara. Cita
rasanyapun digemari pelbagai etnis, sehingga keberadaan Wong Solo
benar-benar mendapat perhatian dan diterima semua lapisan.
Rumah Makan Halalan Thayyiban demi upaya penyelamatan dari siksa Api Neraka dengan (QS.as-Shaff:10-11) sebagai Landasan Filosofinya.
Misi
1. Menyajikan produk-produk makanan halal untuk hidup yang lebih berkah dan berkualitas.Menghadirkan Pelayanan dengan Manajemen Islami yang professional, memuaskan, ramah, santun dengan pelayanan yang total (total service).
2. Terus mengembangkan usaha ke arah yang lebih baik lewat inovasi dan teknologi.
3. Meningkatan efektifitas operasional dengan dan kualitas organisasi dan menejemen yang baik.
Visi dan Misi
VisiRumah Makan Halalan Thayyiban demi upaya penyelamatan dari siksa Api Neraka dengan (QS.as-Shaff:10-11) sebagai Landasan Filosofinya.
Misi
1. Menyajikan produk-produk makanan halal untuk hidup yang lebih berkah dan berkualitas.Menghadirkan Pelayanan dengan Manajemen Islami yang professional, memuaskan, ramah, santun dengan pelayanan yang total (total service).
2. Terus mengembangkan usaha ke arah yang lebih baik lewat inovasi dan teknologi.
3. Meningkatan efektifitas operasional dengan dan kualitas organisasi dan menejemen yang baik.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar